“Tantunya kamu masih ingat bukan?…
Tapi tidak apa-apa kalau memang sudah di lupakan
Bukan maksud untuk mengingatkan
Hanya ingin bercerita saja…”
Wangi kopi yang kau seduh
Menata gairah di kala hujan
Manisnya sampai terasa pada saat berciuman
Legit dari ujung bibir tertinggal di atas rahang
Sungguh manis perpaduan yang kita cicipi itu
“Jangan diaduk biarkan itu mengendap,
jangan simpan sendok didalam gelas”
Ucapmu sambil menutup gelas itu agar hangatnya tetap terjaga
“tapi aku tidak bisa merasakan aromanya”
Kataku sambil meraih dan membuka kembali gelas itu
Lalu menyeruputnya
Kamu yang memegang sendok
Aku memegang gelas yang hangat
Saling bertatapan….
Kamu jilati sisa kopi di ujung sendok
Aku masih memegang gelas dan merasakan hangatnya
Saling bertatapan dan tersenyum
“kita aduk ya?”
Saranku
“jangan, nanti tidak manis lagi”
Jawab kamu dengan sendok yang masih di dalam mulutnya
“tapi lebih nikmat lagi kalau kopi ini tetap kental”
Rayu ku yang seakan memaksa
“baiklah, tapi setelah itu sendoknya jangan disimpan terus di gelas”
Balas kamu dengan berat menaruh sendok itu di dalam gelas
Sendok itu aku aduk dan berhenti setelah kamu bilang cukup
Tanganmu memegangi gelas itu, karena kamu tidak suka bunyi
Sendok yang menyentuh dinding gelas
Nikmatnya kopi itu membenamkan kamu dalam pangkuanku dan terlelap
Kini Aku sendiri yang menghabiskan kopi itu
Kamu terbangun sambil marah-marah
Dan meninggalkan aku setalah hujan itu reda, sambil berkata
“sudah kubilang jangan terlalu lama di aduknya!”
Aku heran sambil melihat gelas yang beisi tinggal ampasnya saja
“jadi begitulah kronologisnya. Aku tidak mengaduknya lagi
Sebenarnya kopi itu sudah habis dan kamu meminum ampasnya”
Yogyakarta, 24 Mei 2007
No comments:
Post a Comment